Kamis, 05 Januari 2012

ANALISIS KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI BERDASARKAN PENGAMATAN LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS XI SMESTER GANJIL

ANALISIS KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI BERDASARKAN PENGAMATAN LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS XI SMESTER GANJIL SMA NEGERI 2 BOLO

2. LATAR BELAKANG
Perkembangan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah menuntut semua pihak untuk mengkaji letak kelemahan perkembangan pengajaran agar hasil yang diinginkan tidak memberi kerawanan dalam perkembangan pemakaian bahasa Indonesia di masyarakat. Untuk mengetahui hal tersebut, pemerintah telah membuat kurikulum baru yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai perkembangan dan kebutuhan di sekolah. Dalam KTSP ini, standar kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kemampuan berbahasa, meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek keterampilan itu menjadi faktor pendukung dalam menyampaikan pikiran, gagasan, dan pendapat, baik secara lisan maupun tertulis, sesuai konteks komunikasi yang harus dikuasai oleh siswa.
Pembelajaran menulis merupakan salah satu objek keterampilan berbahasa yang sangat dibutuhkan, terutama dalam mengungkapkan ide, pikiran, dan pesan melalui karangan. Dalam dunia pendidikan formal, keterampilan menulis sangat berperan, terutama dalam menyusun karangan narasi, deskripsi, eksposisi, maupun argumentasi. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan kemampuan atau keterampilan menulis dengan baik. Para siswa di sekolah harus dibina, dibekali, dan ditempa keterampilan menulis sehingga mampu menuangkan ide, pikiran, perasaan, dan gagasan dalam berbagai jenis karangan.
Menulis dan mengarang tidak dapat dipisahkan antara kehidupan berkomunikasi dengan penggunaan bahasa. Masalah ini sering dijadikan sebagai indikator untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang. Dalam beberapa hal kehidupan seseorang baik siswa maupun mahasiswa dapat dinilai dari kemampuannya menulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, pembaca lebih mudah memahami dan mengerti pesan yang disampaikan oleh penulis. Kemahiran berbahasa dapat ditandai dengan melihat bagaimana seseorang dapat merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat, yang akhirnya kalimat itu membentuk sebuah tulisan atau karangan yang utuh.
Kegiatan menulis adalah suatu kegiatan manusiawi yang sadar dan terarah, mempunyai swakerja atau tata cara yang perlu diperhatikan jika sebuah karangan diharapkan dapat berhasil (Widyamartaya, 1978:5).
Ambo Enre (1994:2) mengemukakan bahwa menulis merupakan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam tulisan yang efektif. Melalui kegiatan menulis seseorang dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam tulisan tersebut. Pesan yang disampaikan itu dapat berupa tulisan yang menghibur, memberi informasi, mempengaruhi, dan menambah pengetahuan.
Bagi guru bidang studi bahasa Indonesia di SMA/SMK diharapkan memanfaatkan pengamatan sebagai sarana dalam memperlancar proses belajar mengajar. Objek lingkungan dapat dijadikan bahan untuk membina dan melatih keterampilan menulis kalangan siswa. Khususnya mengenai keterampilan menulis karangan eksposisi yang menjadi salah satu materi pembelajaran Bahasa indonesia di sekolah-sekolah, khususnya pada sekolah tingkat Sekolah menengah Atas (SMA) pada kurikulum untuk kelas dua SMA tentang mengarang eksposisi, siswa dapat dirangsang proses kreatifnya dengan cara mengamati, memperhatikan dan melihat suatu kejadian atau peristiwa.
Jenis karangan yang sangat tepat untuk merangsang proses kreativitas dan kemampuan siswa adalah karangan eksposisi. Karangan eksposisi berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca tanpa berusaha mempengaruhi atau menggerakkan pembaca, dan tidak berusaha memberi kesan, kecuali menyampaikan pernyataan yang lengkap dan dapat dipercaya mengenai suatu objek.
Objek lingkungan alam sekitar dapat dijadikan sebagai sarana dalam pembelajaran mengarang eksposisi. Penggunaan objek lingkungan dan alam sekitar tersebut dapat menumbuhkan dan menambah daya kreativitas siswa sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuan dan informasi serta terlibat secara aktif dalam situasi belajar. Hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa dan pembelajaran berlangsung secara alamiah. Hubungan manusia dengan alam menjadi lebih erat. Jadi, alam dan lingkungan sangat tepat digunakan dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran mengarang eksposisi.
Dalam pembelajaran mengarang dengan memanfaatkan lingkungan, siswa perlu diajak mengunjungi tempat tertentu atau memanfaatkan lingkungan sekolah. Setelah mengamati secara langsung alam dan lingkungan, siswa dapat menyampaikan informasi mengenai suatu objek dengan mengadakan analisa topik garapan, menyodorkan sebuah klasifikasi, memberi batasan objek, mengadakan perbandingan, menyajikan ilustrasi mengenai pokok bahasan, sehingga gagasan atau informasi yang akan disampaikan jelas bagi pembaca dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alatnya untuk menghasilkan sebuah karangan eksposisi.
Dalam penelitian ini, penulis tertarik meneliti tentang kemampuan menulis karangan eksposisi berdasarkan pengamatan lingkungan pada siswa kelas XI Smester I SMA Negeri I Dompu sebagai objek dan berdasarkan hasil observasi manulis karangan eksposisi sudah pernah diajarkan di kelas tersebut.
Penelitian ini dilakukan pula berdasarkan pemahaman dan pengetahuan penulis bahwa penelitian yang sama belum pernah dikaji oleh peneliti sebelumnya.

3. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yakni: Bagaimanakah kemampuan menulis karangan eksposisi pada siswa kelas XI Smester I SMA Negeri I Dompu.

4. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menulis karangan eksposisi berdasarkan pengamatan lingkungan pada siswa kelas XI Smester I SMA Negeri I Dompu.

5. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih rinci dan mendalam mengenai tingkat kemampuan siswa kelas XI Smester I SMA Negeri I Dompu menyusun karangan eksposisi berdasarkan pengamatan lingkungan, serta menambah wawasan dan melatih siswa berfikir dalam menulis karangan berdasarkan pengamatan lingkungan.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA, khususnya guru bahasa Indonesia kelas XI Smester I SMA Negeri I Dompu untuk menyusun strategi pengajaran yang dapat (1) meningkatkan hasil belajar siswa, terutama peningkatan kemampuan menulis karangan eksposisi berdasarkan pengamatan lingkungan, (2) memberikan masukan dan gambaran kepada guru bahasa Indonesia mengenai kemampuan siswa menulis karangan eksposisi berdasarkan pengamatan lingkungan dan (3) sebagai bahan acuan bagi peneliti yang relevan.

6. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya dijadikan acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian. Sehubungan dengan masalah yang akan diteliti, kerangka teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini diuraikan sebagai berikut.
1) Menulis
a) Pengertian Menulis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang dan membuat surat) dengan tulisan (Alwi, dkk., 2002:1221). Ambo Enre (1994:2) mengatakan bahwa menulis merupakan kemampuan mengungkapkan pikiran dan juga perasaan dalam tulisan yang efektif. Selanjutnya, Sabir (1998:9) menyatakan bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Tarigan (1986:21) mengemukakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut sepanjang mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Musaba (Fatmawati, 2004:3) mengemukakan bahwa menulis berarti melahirkan atau mengungkapkan pikiran dan atau perasaan melalui suatu lambang (tulisan). Takala (Ahmadi, 1990:7) mengungkapkan bahwa menulis atau mengaran adalah sistem yang konvensional yang dapat dilihat dan dibaca.
Ambo Enre (1994:2), mengemukakan bahwa menulis merupakan kemampuan mengungkapkan pikiran dan juga perasaan dalam tulisan yang efektif. Musaba (Fatmawati, 2004:3) mengemukakan bahwa menulis berarti melahirkan atau mengungkapkan pikiran dan atau perasaan melalui suatu lambang (tulisan). Selanjutnya, Takala (Ahmadi, 1990:7) mengungkapkan bahwa menulis atau mengarang ialah sesuatu sistem yang konvensional yang dapat dilihat dan dibaca.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa menulis (mengarang) adalah suatu proses yang menggunakan lambang-lambang (huruf) yang berisi pesan, gagasan, atau ide yang ingin disalurkan kepada orang lain. Pesan atau gagasan yang ingin disampaikan itu dapat berupa tulisan yang dapat menceritakan, melukiskan, memberi informasi, mempengaruhi, dan menambah pengetahuan. Hasil kegiatan mengarang deperti ini disebut karangan yang dapat berwujud sebuah wacana narasi, deskripsi, argumentasi, persuasi, dan eksposisi.
Lado (Tarigan, 1986:1) melukiskan atau menurunkan lambang¬lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik itu. Valette (Tarigan, 1986:1) berpendapat "of the your language skills, writing may be considered the most sophisticated". Jadi, mengarang adalah proses kemampuan yang sangat rumit yang berupa kemampuan menggabungkan sejumlah unsur yang berlainan dan hanya sebagian saja daripada yang sungguh-sungguh bersifat bahasa.
b) Kemampuan menulis
Kemampuan menulis adalah keterampilan seseorang menggunakan bahasa tulis sebagai alat, wadah maupun media untuk memaparkan isi jiwanya, penghayatan, dan pengalamannya secara teratur. Halim (Ruwing dan Adi, 1996) mengemukakan bahwa indikator keterampilan menulis ini, yaitu: 1) kemampuan memilih ide yang akan dipaparkan; 2) kemampuan menata atau mengorganisasikan ide pilihannya secara sistematis; 3) kemampuan menggunakan gaya bahasa, yaitu piliha struktur dan kosakata untuk memberikan nada atau makna terhadap karangan itu; 5) kemampuan mengatur mekanisme tulisan, yaitu tata cara penulisan lambang-lambang bahasa tulis (ejaan) yang dipaparkan dalam bahasa tersebut.
Akhadiah, dkk (1988:5-5) mengemukakan bahwa kegiatan menulis memiliki banyak keuntungan sebagai berikut:
1) Dengan menulis seseorang dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Ia dapat mengetahui batas pengetahuan yang dimilikinya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu, seseorang harus berpikir, menggali pengetahuan dan pengalaman yang kadang kala tersimpan di alam bawah sadar.
2) Melalui kegiatan menulis, seseorang dapat mengembangkan gagasannya.
3) Kegiatan menulis memaksa seseorang lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi yang berhubungan dengan topik yang akan ditulis. Dengan demikian, kegiatan menulis dapat memperluas wawasan, baik secara teoritis maupun mengenai fakta-fakta yang berhubungan.
4) Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat.
5) Melalui tulisan, seseorang dapat meninjau serta menilai gagasannya secara lebih objektif.
6) Dengan menulis seseorang akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret.
7) Kegiatan menulis dapat mendorong seseorang untuk belajar secara aktif
8) Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan seseorang berpikir dan berbahasa secara tertib.
c) Persiapan Awal Belajar Menulis
Dalam proses belajar menulis, berbagai kemampuan itu tidak mungkin dikuasai seseorang secara serentak. Semua kemampuan itu dapat dikuasai oleh para penulis yang sudah profesional melalui suatu proses, setahap demi setahap. Proses penguasaan berbagai kemampuan dapat berjalan cepat atau lambat tergantung pada besarnya potensi yang dimiliki dan ketekunanya dalam menulis. Selain itu juga sangat dipengaruhi oleh lama waktu seseorang telah berlatih menulis. Semakin lama ia melakikan menulis, semakin tinggi pula tingkat penguasaan berbagai kemampuan yang dimilikinya.
Morris dkk (Tarigan, 1986 7-8) mengemukakan ciri-ciri tulisan yang baik, yaitu: 1) penulis mengetahui betul pokok masalah yang diuraikannya; 2) sang penulis tahu memberi struktur terhadap gagasan-gagasannya; 3) sang penulis mengetahui cara mengekspresikan dirinya dengan baik, yaitu bahwa dia menguasai suatu gaya yang serasi.
2) Mengarang
a) Pengertian Mengarang
Mengarang adalah proses kemampuan yang sangat rumit yang berupa kemampuan yang sangat rumit yang berupa kemampuan menggabungkan sejumlah unsur yang belainan dan hanya sebagian saja daripada yang sungguh-sungguh bersifat bahasa. Lado (Tarigan, 1986:1) melukiskan atau menurunkan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang itu, mengarang adalah suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain atau kepada diri sendiri dala tulisan.
Takala dan Mashuri (Ahmadi, 1990:6) mengemukakan bahwa mengarang adalah suatu proses penyusunan, mencatat, mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif, dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda- tanda konvensional yang dapat diliha ata dibaca.
Widyamarta (1978:9), mengemukakan langkah-langkah swakerja mengarang tersebut, meliputi: 1) memilih topik, 2) menentukan tema, 3) menentukan tujuan, 4) menentukan pendekatan, 5) membuat bagan, 6) memulai mengarang, 7) membuat paragraf dan menjalin kesinambungan, 8) pandai mengakhiri dan menutup karangan, dan 9) pandai memberi judul karangan. Selanjutnya, Widyamarta (1978:10) mengemukakan bahwa ada tiga bidang dalam kegiatan mengarang, yaitu zat (substansi), siasat (strategi) dan gaya (style). Zat atau substansi kegiatan mengarang menyangkut tindakan-tindakan, alur, langkah demi langkah untuk mencapai suatu maksud; gaya dalam kegiatan mengarang menyangkut pencapaian hasil karangan tersebut beserta corak penuturnya yang mendatangkan daya guna, yaitu sanggup menyatakan pengalaman batin dengan efek sebesar-besarnya. Jadi, gaya tulis-menulis menyangkut ejaan, pilihan kata, perhubungan kalimat, majas (kiasan), aspek pengharkatan, susunan paragraf, perhubungan paragraf, penyajian, dan perwajahan.
b) Langkah-langkah Mengarang
Secara garis besarnya, kegiatan mengarang melalui langkah-langkah: perencanaan, pembuatan kerangka karangan, pengorganisasian tulisan.
(1) Perencanaan Karangan
Sabarti (Fatmawati, 2004:27) mengemukakan bahwa proses penulisan memiliki tiga tahap utama, yaitu: tahap prapenulis, tahap penulisan, dan tahap revisi. Ketiga tahap tersebut menyangkut : a) pemilihan topik, b) pembatasan topik, c) menentukan judul dan topik yaitu pokok pembicaraan dalam keseluruhan karangan akan digarap, sedangkan judul adalah nama, title, atau semacam label untuk suatu karangan, d) tujuan penulisan.
(a) Pemilihan Topik
Kegiatan yang mula-mula dilakukan dalam menulis suatu karangan adalah menentukan topik dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu a) topik itu ada manfaatnya, b) topik itu cukup menarik terutama bagi penulis, c) topik itu dikenal baik, d) bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai, dan e) topik itu terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
(b) Pembatasan Topik
Setelah topik yang memenuhi persyaratan dipilih, langkah kedua yang harus dilakukan adalah membahas topik. Setelah ditemukan beberapa topik yang kemungkinan dapat dikembangkan, dilakukan seleksi terhadap topik tersebut. Topik yang paling tepat dan memenuhi kriteria itulah yang kemudian dikembangkan selanjutnya.
(c) Topik dan Judul
Topik yang telah dipilih selanjutya dinyatakan dalam suatu judul karangan. Topik merupakan pokok pembicaraan dalam keseluruhan karangan yang akan digarap, sedangkan judul ialah nama, title, atau semacam label untuk suatu karangan.
(d) Tujuan Penulisan
Perumusan tujuan penulisan sangat penting dan harus ditentukan lebih dahulu karena hal ini merupakan titik tolak dalam seluruh kegiatan menulis tersebut. Rumusan tujuan penulisan adalah suatu gambaran penulis dalam kegiatan menulis selanjutnya.
(2) Pembuatan Kerangka Karangan
(a) Pengertian Kerangka Karangan
Menurut Ambo Enre (1994: 126), pada prinsipnya sebuah kerangka karanan merupakan tekhnik dan alat untuk mendukung dan melancarkan kegiatan mengarang. Tampa teknik dan alat tersebut, pengarang cenderung terjerumus ke dalam keadaan anarkis , mudah kehilangan kontrol dan arah karangan yang seyogyanya, telah tercapai. Akibatnya, kesan yang timbul tidak sejalan dengan tujuan penulisan.
Keraf (1989: 132) menegaskan bahwa kerangka karangan ini merupakan rencana kerja yang memuat ketentuan-ketentuan pokok tentang cara merinci dan mengembangkan suatu topik. Kerangka karangan menjamin suatu penyusunan yang logis serta memungkinkan seorang penulis membedakan gagasan utama dan gagasan tambahan.
(b) Jenis Kerangka Karangan
Kerangka karangan digunakan sebagai metode untuk menyusun sebuah tulisan yang teratur dan logis. Semi (Ahmad, 1990; 177) membagi kerangka karangan menjadi dua jenis, yaitu:
- Kerangka Karangan Informal
Semi (Ahmad, 1990; 177) mengemukakan bahwa kerangka karangan informal merupakan daftar pokok pikiran secara sederhana yang biasanya dipakai dalam tulisan singkat, seperti: makalah, laporan singkat, dan kerangka pendek.
Misalnya:
Bab I Pendahuluan, yang berisi:
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
Bab II Materi Tulisan
Bab III Penutup, yang berisi:
A. Simpulan
B. Saran
- Kerangka Karangan Formal
Semi (Ahmadi, 1990: 178) mengemukakan bahwa kerangka karangan formal biasanya lebih mendetail yang berisi topik dan subtopik. Kerangka karangan formal dibagi atas (1) kerangka karangan topik, (2) kerangka karangan kalimat , (3) kerangka karangan paragraf.
(c) Manfaat Kerangka Karangan
Kerangka karangan dapat membantu penulis dalam hal-hal sebagai berikut: (1) Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat wujud gagasan-gagasan dalam sekilas pandang; apakah setiap gagasan tersebut sudah tersaji dengan baik, harmonis, atau belum. (2) Kerangka karangan memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. (3) Kerangka karangan membantu penulis untuk menghindari penggarapan topik sampai dua kali atau lebih. (4) Kerangka karangan memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu.
(3) Pola Organisasai Karangan
Ahmadi (1990:180), mengemukakan bahwa pengorganisasian mempunyai fungsi yang sangat penting baik bagi pembaca maupun bagi penulis. Pembaca yang sudah berpengalaman dan penulis yang sudah profesional pasti menyadari benar akan arti penting pengorganisasian sangat menentukan baik dan tidaknya kualitas sebuah tulisan.
Keraf (dalam Ahmadi, 1990;180) mengungkapkan bahwa untuk memperoleh suatu susunan karangan yang teratur, biasanya dipergunakan beberap cara atau tipe. Pola susunan yang paling utama adalah pola alamiah dan pola logis. Pola alamiah dari suatu kerangka karangan biasanya didasarkan atas urutan-urutan kejadian, tempat, atau ruang. Sebaliknya, pola logis lebih dipengaruhi jalan pikiran orang yang menggarapnya.
3) Karangan
a) Pengertian Karangan
Webefer (Sobur, 2001:9-10), mendefinisikan karangan sebagai berikut: 1) Komunikasi pikiran dengan kata-kata ekspresi, ide-ide atau gagasan-gagasan, konversi dan percakapan. 2) Komunikasi secara umum, terutama sebagai subjek studi atau pokok telaah. 3) risalah tulis, disertai formal, kuliah, ceramah, khotbah.
Marahimin (Sobur, 2001:10) menguraikan karangan sebagai kemampuan untuk maju dalam pembahasan menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya; komunikasi budi pekerti; baik lisan maupun tilisan yang resmi dan teratur. Jika definisi ini dipakai sebagai pegangan, dengan sendirinya semua tulisan yang teratur dan disusun menurut urutan yang semestinya atau logis adalah karangan. Oleh karena itu, sebuah karangan harus mempunyai dua unsur penting, yaitu kohesi dan koherensi.
Karangan merupakan satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki merupaka satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Karangan ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel,buku seri ensiklopedi, dan sebagainya) ,paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap (Kridalaksana, 2001: 231).
Alwi (1998:419), menyatakan karangan merupakan rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain ini membentuk kesatuan. Selanjutya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, alwi dkk, (2002:506) menyatakan bahwa karangan adalah hasil mengarang, cerita,buah pena, ciptaan, gubahan, cerita mengada-gada, dan hasil rangkaian.
Lado (dalam Tarigan, 1986:1) mengemukakan bahwa karangan adalah melukiskan atau menurunkan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik itu.
Alwi, dkk, (2003:506) menyatakan bahwa karangan adalah hasil mengarang, cerita buah pena, ciptaan gubahan, cerita mengada-ada, dan hasil rangkaian.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karangan adalah proses kemampuan menulis menggabungkan sejumlah unsur atau merupakan rentetan kalimat yang saling berkaitan.
b) Jenis-jenis Karangan
(1) Penggolongan menurut Weaver (1985:27), meliputi :
(a) Eksposisi, yang mencakup definisi dan analisis;
(b) Deskripsi, yang mencakup deskripsi ekspositori dan deskripsi literer;
(c) Narasi, yang mencakup urutan waktu motif, komplik, titik pandangan dan pusat minat;
(d) Argumentasi, yang mencakup induksi dan deduksi.
(2) Jenis karangan atau wacana menurut pendapat Ruwin Sutjarso (1997), sebagai berikut :
(a) Narasi, wacana yang berkisah dengan menjalin beberapa rangkaian peristiwa. Wacana ini berusaha menyanpaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya, dengan maksud memberi arti kepada sebuah kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat memetik hikmanya dari cerita itu.
(b) Deskripsi, wacana yang melukiskan sesuatu dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra pelukisnya.
(c) Eksposisi, wacana yang berusaha menerangkan atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca karangan itu.
(d) Argumentasi, wacana yang berusaha memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.
(e) Persuasi, bertujuan menyakinkan pembaca agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis.
(3) Mustakim (1993: 2) membedakan karangan menjadi lima jenis, yaitu:
(a) Deskripsi yakni suatu bentuk karya tulis berusaha melukiskan atau menguraikan suatu objek secara jelas dan terinci.
(b) Narasi yakni suatu bentuk karya tulis berusaha menggambarkan suatu peristiwa telah terjadi.
(c) Eksposisi yakni suatu bentuk karya tulis yang diungkapkan dengan cara menguraikan maksud dan tujuan yang ditulis.
(d) Argumentasi yakni suatu bentuk karya tulis yang berusaha mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca agar percaya dan menyetujui pendapat yang diungkapkan oleh penulis.
(e) Persuasi yakni suatu bentuk karya tulis yang berusaha meyakinkan pembaca agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis.
4) Karangan Eksposisi
a) Pengertian Karangan Eksposisi
Karangan eksposisi adalah karangan yamg berusaha menerangkan atau memaparkan informasi yang dapat memperluas pengetahuan pembaca dan tidak bermaksud mempengaruhi atau mengubah sikap dan pendapat orang lain atau pembacanya.
Eksposisi adalah salah satu bentuk wacana atau karangan yang bermaksud menjelaskan, mengembangkan atau menerangkan suatu gagasan , tujuannya untuk menambah pengetahuan pembaca tanpa berusaha untuk mengubah pikiran atau mempengaruhi sikap pembaca (Admin, 2007).
Keraf (2007:26), eksposisi ialah menjelaskan tentang cara kerja sesuatu. Eksposisi adalah tulisan yang berbentuk keterangan atau mengungkapkan pkiran.
Eksposisi adalah karangan yang berisi urutan penjelasan tentang suatu topik dngan tujuan memberi informasi (Panduan materi Bahasa dan sastra Indonesia SMK, Depdiknas, 2007).
Nensilianti (2002:87) menjelaskan pengertian eksposisi adalah suatu bentuk wacana berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakekat suatu objek, misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan, komunikasi, perkembangan teknologi, pertumbuhan ekonomi kepada pembaca.
Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan bahwa menulis adalah uraian (paparan) yang bertujuan menjelaskan maksud dan tujuan misalnya pada suatu karangan (Alwi, dkk, 2005:290)
b) Tujuan Karangan Eksposisi
Tujuan karangan eksposisi adalah memberitahukan atau memberi informasi mengenai suatu objek tertentu. Dengan informasi tadi pengetahuan para pembaca bertambah luas. Apakah pembaca menerima semua informasi yang di sampaikan penulisnya atau tidak, bukan menjadi masalah. Karena itu, jenis wacana ini sama sekali tidak bermaksud mangubah sikap da pendapat orang lain atau pembacanya.
c) Jenis Karangan Eksposisi
Jenis karangan eksposisi terdiri atas tiga macam yaitu : 1) eksposisi paparan proses, 2) eksposisi paparan ilustrasi, 3) eksposisi paparan definisi.
d) Ciri-ciri Karangan Eksposisi
Ada beberapa ciri-ciri karangan eksposisi yaitu: 1) bersifat memaparkan, 2) Biasa digunakan dalam tulisan nonfiksi, 3) menambah wawasan pembaca, 4) memerlukan fakta dan data.
Sebuah eksposisi biasanya diwarnai oleh sifat topik yang digarap dan teknik penyajian yang digunakan. Keterampilan penulis memadukan kedua unsur itu dengan jalinan bahasa yang baik dan lancar akan menandai kualitas sebuah eksposisi. Walaupun demikian, sebagai bentuk tulisan yang paling umum digarap, eksposisi tetap mengandung tiga bagian utama, yaitu sebuah Pendahuluan, Tubuh eksposisi, dan Kesimpulan ( Nensilianti, 2002:88-90).
Menulis dengan pengamatan lingkungan, dilakukan dengan melihat dan mengambil dari alam sekitar kemudian mencatat hal-hal yang dianggap menarik untuk dijadikan sebuah tulisan dengan terlebih dahulu menentukan topik suatu karangan.
Menulis karangan eksposisi berdasarkan pengamatan lingkungan dilakukan dengan menulis sebuah karangan dengan pengamatan lingkungan dengan melihat langsung kemudian mencatat hasil-hasil pengamatan sehingga menjadi suatu tulisan atau suatu karangan eksposisi dengan berusaha menerangkan atau memaparkan informasi yang dapat memperluas pengetahuan pembaca dan tidak bermaksud mempengaruhi atau mengubah sikap dan pendapat orang lain atau pembacanya.
Ada beberapa tahap menulis suatu karangan yaitu:
- Pra menulis (topik)
- Menulis draf (kerangka kerangan)
- Menulis merevisi tulisan
- Publikasi
e) Langkah-langkah menulis karangan eksposisi
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan karangan eksposisi menurut Suparni (1988:211) dalam Basri (2005:29) adalah sebagai berikut:
(1) menentukan tema tulisan;
(2) menentukan tujuan tema tulisan;
(3) menentukan atau memilih data pendukung yang kuat;
(4) membuat kerangka tulisan yang sekurang-kurangnya berisi :
Bab I Pendahuluan, yang berisi :
A. Latar belakang/alasan pemilihan judul
B. Tujuan penulisan
1) menentukan tema tulisan;
2) menetapkan tujuan
3) mengumpulkan bahan tulisan
4) menyiapkan kerangka tulisan
5) mengembangkan kerangka
Adapun penilaian dalam karangan eksposisi menurut Tolla dan Hartini (1991:31-32) mengemukakan kriteria penilaian holistik dan ranah kemampuan menulis/mengarang yang umum dikenal dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia yang sekaligus dijadikan sebagai indikator penilaian ini adalah (1) isi karangan, (2) organisasi karangan, (3) penggunaan bahasa (kalimat efektif), (4) pilihan kata, (5) ejaan dan tanda baca. Dari kategori yang telah ditentukan diberi nilai secara keseluruhan 100.
No.                    Aspek yang dinilai                                                  Bobot
1.                  Kesesuaian isi dengan tema                                            30
2.                  Jumlah kata                                                                     15
3.                  Pemilihan kata                                                                 20
4.                  Organisasi karangan                                                        20
5.                  Penggunaan EYD                                                            15
                                        Jumlah                                                          100

Tabel I. Aspek yang Dinilai dalam Menulis Karangan Eksposisi

5) Objek Lingkungan sebagai Media Pembelajaran
Alwi, dkk (2002) mengemukakan bahwa lingkungan adalah (1) bulatan yang melingkungi (melingkari); (2) sekalian yang terlingkar di suatu daerah (kekuasaan ,golongan, dan sebagainya); Badadu dan Zain (dalam Marwa, 2004:34) mengemukakan bahwa lingkungan adalah (1) daerah sekitar di permukaan baru, kalangan, goongan; termasuk di dalamnya pendidikan; (2) wilayah atau daerah kediaman.
Media berarti perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima (Azhari, 2004:4). Gegne mengungkapkan bahwa media pendidikan adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar, Bigss mengungkapkan bahwa media pendidikan adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Untuk mencapai hasil yang optimal dari proses mengajar, salah satu hal yang disarankan adalah penggunaan media yang bersifat langsung dalam objek nyata (realita). Untuk itu, ada dua cara yang dapat di tempuh oleh guru, yaitu: pertama, membawa objek nyata tersebut seperti tanaman atau hewan tertentu ke dalam kelas; kedua, membawa siswa ke luar kelas seperti mengunjungi pabrik-pabrik yang ada di sekitar sekolah, museum, perkebunan atau di lingkungan sekolah sendiri untuk melihat objek yang bersangkutan secara langsung.
B. Kerangka Pikir
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan gragologi, struktur bahasa, dan kosa kata.
Dalam bahasa Indonesia karangan terdiri atas beberapa macam. Menurut Enre (1994:89), berdasarkan isi dan cara penyajiannya, karangan dapat diklasifikasikan atas (1) karangan argumentasi, (2) karangan deskripsi, (3) karangan narasi, (4) karangan persuasi, dan (5) karangan eksposisi. Namun yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini adalah karangan eksposisi.
Untuk mengetahui kemampuan siswa menulis karangan eksposisi, berdasarkan pengamatan lingkungan, maka di berikan tes mengarang kepada siswa. Dari hasil tes tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan menghasilkan suatu temuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka di bawah ini.

BAGAN KERANGKA PIKIR

7. METODE PENELITIAN
A. Jenis-jenis Penelitian
1) Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan gejala yang hendak diteliti dalam suatu penelitian. Maka variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis karangan eksposisi berdasarkan pengamatan lingkungan.
2) Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jenis penelitian yang bersifat deskriptif kuantitatif. Jenis deskriptif kuantitatif adalah rancangan penelitian yang menggambarkan variabel penelitian dalam bentuk angka-angka atau statistik. Angka-angka tersebut menjadi gambaran kemampuan menulis karangan eksposisi berdasarkan pengamatan lingkungan siswa kelas XI Smester I SMA Negeri I Dompu. Angka-angka tersebut diperoleh melalui hasil tes mengarang.
B. Populasi dan Sampel
1) Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI Smester I SMA Negeri I Dompu yang pada tahun ajaran 2007-2008 yang berjumlah 200 orang dengan penjabaran pada 4 (empat) kelas paralel. Untuk lebih jelasnya jumlah siswa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Keadaan siswa kelas XI Smester I SMA Negeri I Dompu yang Dijadikan Populasi.
No                         Kelas                         Laki-laki                Perempuan                 Total
1.                           II IPA 1                     19                                  31                        50
2.                           II IPA 2                     19                                  31                        50
3.                           II IPS 1                      30                                  20                        50
4.                           II IPS 2                      28                                  22                        50
                                          Jumlah                                                                             200

Sumber Data: SMA Negeri 1 Dompu Tahun Pelajaran 2007-2008.

2) Sampel
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 40 orang atau sebanyak 20 % dari jumlah populasi dengan pertimbangan biaya, waktu, dan tenaga. Hal ini sesuai dengan pendapat Ari Kunto (2002:112), bahwa sampel yang diambil dari populasi harus representative (mewakili). Jika, jumlah subjek peneliti kurang dari 100 orang, maka lebih diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi atau total sampling. Selanjutnya, jika jumlah populasi cukup besar, maka diambil sampel antara 10%-15 % atau antara 20 %-25 % tergantung dari biaya dan tenaga yang tersedia. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) dengan cara undian.
Untuk lebih jelasnya, keadaan sampel dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2 Keadaan siswa kelas XI Smester I SMA Negeri I Dompu yang Dijadikan Sampel .
No.           Kelas             Populasi             Sampel
1.             II IPA 1             50                     10
2.             II IPA 2             50                     10
3.             II IPS 1              50                     10
4.             II IPS 2              50                     10
                  Jumlah            200                    40

C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes mengarang eksposisi berdasarkan pengamatan lingkungan.
Tes yang diberikan kepada siswa tersebut dikerjakan dalam waktu 2 x 45 menit. Waktu yang dipergunakan tersebut disesuaikan dengan jam pelajaran bahasa Indonesia di sekolah bersangkutan. Hasil karangan siswa tersebut kemudian dianalisis dengan memperhatikan aspek yang dinilai dalam karangan argumentasi.
Aspek yang Dinilai dalam Menulis Karangan Eksposisi
No.       Aspek yang dinilai                        Bobot
1.         Kesesuaian isi dengan tema           30
2.         Jumlah kata                                    15
3.         Pemilihan kata                               20
4.         Organisasi karangan                      20
5.         Penggunaan EYD                          15 
                       Jumlah                                100


1) Kesesuaian isi dengan tema, yakni kesesuaian antara isi karangan dengan tema yang diberikan dengan skor penilian 30 dengan aturan penilaian sebagai berikut.
a) Bermakna menarik alur berpikirannya baik dengan menyodorkan bukti-bukti dan alasan-alasan sehingga dapat mempengaruhi pembaca (skor 25-30)
b) Bermakna, menarik, alur berpikirannya kurang baik, kurang mengemukakan bukti-bukti dan alasan-alasan, sehingga kurang dapat menyaksikan pembaca (skor 19-24)
c) pengembangan kurang relevan dengan tema eksposisi yang diberikan (nilai 13-18)
d) tidak tampak usaha untuk mempengaruhi pembaca (skor 7-12)
e) isi karangannya sama sekali tidak bersifat eksposisi (skor 1-6)
2) Jumlah kata, yakni banyaknya kata yang disusun menjadi sebuah karangan eksposisi dengan aturan penilaian sebagai berikut.
a) lebih dari 250 kata yang digunakan dikategorikan memadai (skor 12-15)
b) 100-250 kata yang digunakan dikategorikan kurang memadai (skor 8-11)
c) 50-100 kata yang digunakan dikategorikan tidak memadai (skor 4-7)
d) Kurang dari 50 kata yang digunakan dikategorikan sangat tidak memadai (skor 1-3)
3) Pemilihan kata, yakni kemampuan siswa memilih kata yang tepat dan benar dalam kalimat. Skor penilaiannya 20 dengan aturan penilaiannya sebagai berikut:
a) Pemakaian kata lancar, tepat, pilihan katanya mengarah pada kosakata yang tepat mempengaruhi pembaca (skor 17-20)
b) Kata yang digunakan jelas, tetapi kurang tepat penggunaannya sehingga kurang dapat mempengaruhi (skor 13-16)
c) Banyak kata bermakna ganda (skor 9-12)
d) Pemakaian kata tidak tepat menyebabkan kalimat sulit dipahami sehingga kesan mempengaruhi tidak ada (skor 5-8)
e) Pemakaian kata yang tidak tepat, bentuk kata semua salah (skor 1-4)
4) Organisasi karangan, skor penilaian 20 dengan alternatif nilai
a) Paragraf tersusun rapi, pemakaian kalimat topik baik, organisasi menyakinkan alur karangan mudah diikuti sehingga dapat memberikan kesan eksposisi (skor 17-20)
b) Bukti-bukti tersusun dalam paragraph dengan baik, tetapi agak berbelit-belit sehingga daya eksposisinya kurang (skor 13-16)
c) Ada usaha menyusun paragraph dengan baik, tetapi batas ide pada tiap paragraf tidak jelas sehingga tidak memberikan kesan argumentasi (skor 9-12)
d) Urutan paragraph sulit diikuti sulit dipahami (skor 5-8)
e) Paragraph tidak teratur (skor 1-4)
5) Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor penilaian 15 dengan aturan sebagai berikut:
a) Pemakaian tanda baca (skor 0-5)
b) Penulisan huruf kapital (skor 0-5)
c) Penulisan kata depan dan imbuhan (0-5) ( Tolla, 199 :78-90 ).

D. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan teknik statistic deskriptif dengan bantuan program komputer sistem statistical product service solution (SPSS).

1 komentar: