Disusun Oleh :
TRISNAWATI
NIM:
BI.09.01.115
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM
(STKIP YAPIS ) DOMPU
2011
2. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah salah satu media yang digunakan untuk menyampaikan dan
memahami gagasan, pikiran dan pendapat. Bahasa juga merupakan media
komunikasi utama didalam kehidupan
manusia untuk berinteraksi
(Surahman, 1994 : 144).
Melalui bahasa kehidupan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan
dikembangkan serta dapat diturunkan
kepada generasi mendatang. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi maka
semua yang ada disekitar manusia , seperti peristiwa, binatang, tumbuhan, dan
sebagainya mendapat tanggapan dalam pikiran manusia, disesuaikan dan
diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan komunikasi ( Kraf 1987 : 1 ).
Bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai bahasa negara sebagaimana
yang telah ditetapkan didalam UUD 1945 dalam pasal 36 yang mengatakan bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia juga
sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar resmi lembaga-lembaga
pendidikan dan pelaksana pembangunan pemerintah serta sebagai bahasa resmi
dalam pengembangan kebudayaan. Selain itu bahasa Indonesia memiliki kedudukan
sebagai bahasa nasional yang memiliki fungsi sebagai lambang kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, alat
pemersatu berbagai macam masyarakat yang memiliki perbedaan latar belakang
sosial,budaya dan bahasanya dan sebagai alat penghubung antar daerah. (Sugono, 1994 : 3 )
Di dalam dunia pendidikan selain digunakan sebagai bahasa pengantar
bahasa Indonesia juga termasuk mata pelajaran yang harus diajarkan disemua
jenjang pendidikan formal yang sekarang dikenal dengan mata pelajaran bahasa
dan sastra Indonesia. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia diharapkan
siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik dalam
bahasa lisan maupun bahasa tulis dalam artian siswa siswi mampu menggunakan
bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dan mampu menulis kata-kata dan kalimat
dengan tata cara yang baik dan benar.
Kaitannya dengan hal diatas serta mengacu pada petunjuk pelaksanaan
proses belajar mengajar seperti yang telah dijelaskan dalam GBPP 1994 bahwa
dalam proses belajar mengajar pelajaran bahasa dan sastra Indonesia ada 4
(empat) keterampilan bahasa yang harus dikembangkan oleh siswa (Depdikbud, 1993:3). Ini berarti bahwa, kemampuan siswa siswi terhadap
keempat komponen bahasa harus segera dikembangkan sedini mungkin. Adapun
keempat keterampilan bahasa itu adalah : berbicara, menyimak, membaca dan
menulis. Selain itu ada komponen-komponen bahasa yang harus juga dikembangkan
yaitu mengenai struktur, perbendaharaan kata dan tata bunyi.
Dalam GBPP 1994 ditekankan pengajaran bahasa Indonesia pada kegunaan
praktis, siswa diharapkan lebih banyak berperan dalam proses belajar mengajar
sedangkan guru berperan sebagai motivator. Siswa ditekankan untuk berlatih
secara mandiri terutama dalam meningkatkan kemampuan berbicara dan menulis.
Kemampuan berbicara dan menulis sangat ditekankan karena hal tersebut
memegang peranan penting didalam proses pembelajaran. Dengan memiliki kemampuan
berbicara siswa dapat berkomunikasi secara langsung melalui bahasa lisan
didalam menanggapi segala permasalahan yang ada pada waktu proses belajar
mengajar berlangsung, sedangkan dengan memiliki kemampuan menulis siswa dapat
menuangkan pikiran, gagasan, perasaan dan sebagainya didalam berkomunikasi
secara tidak langsung dalam artian siswa dapat menulis dengan
kalimat-kalimatnya sendiri apa yang kiranya perlu ditulis dari penjelasan atau
paparan yang disampaikan oleh guru didalam proses belajar mengajar berlangsung.
Yang perlu diperhatikan oleh para siswa dalam
membuat karya tulis, baik berupa essay, artikel, ataupun analisis yang bersifat ilmiah
adalah penggunaan bahasa secara tepat, yaitu memakai bahasa baku. Hendaknya
disadari bahwa susunan kata yang tidak teratur dan berbelit-belit, penggunaan
kata yang tidak tepat makna, dan kesalahan ejaan dapat membuat kalimat tidak
efektif.
Dalam proses belajar mengajar khususnya dalam meningkatkan kemampuan
menulis, seorang guru perlu menentukan srategi yang tepat di dalam mengajarkan
tentang menulis, karena menulis merupakan salah satu keterampilan diantara
empat keterampilan bahasa yang penting untuk segera dikuasai oleh siswa.
Seorang siswa yang memiliki kemampuan menulis akan dengan mudah menuangkan
perasaan, pikiran dan gagasannya secara teratur sebagaimana yang ditegaskan oleh Morsey ( 1976: 122 )
dalam Tarigan 1994 : 4 menulis digunakan oleh
seorang terpelajar untuk mencatat atau merekam, melaporkan atau memberitahukan
dan mempengaruhi maksud serta tujuan yang seperti itu hanya dapat dicapai
dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan dapat
mengutarakannya dengan jelas, kejelasaan ini tergantung pada pikiran dan struktur
kata-kata dan kalimatnya.
Berdasarkan pendapat di atas jelaslah bahwa kemampuan mengembangkan
kalimat dalam menulis sangatlah penting, karena melalui tulisan segala sesuatu
yang ada di sekitar manusia dapat diungkapkan dan dikomunikasikan secara tidak
langsung. Keterampilan menulis menurut keterampilan di atas dapat dianggap
sebagai salah satu ciri-ciri orang yang terpelajar. Dikatakan begitu karena
orang yang terpelajarlah yang mampu dan dapat menuangkan gagasan dan maksud
serta pikirannya melalui tulisan yang baik dan benar.
3. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang yang
telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan perumusan masalahnya Bagaimanakah cara mengidentifikasi Kesalahan
Penyusunan Kalimat yang terdapat pada teks berita yang ditulis oleh siswa kelas
VIII Semester II SMPN 3 Woja Tahun Pelajaran 2011-2012.
4. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini tentu sesuai dengan apa
yang menjadi masalah dalam penelitian ini. Jadi tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah, untuk mengidentifikasi kesalahan penyusunan kalimat pada teks berita yang
ditulis oleh siswa kelas VIII semester II
SMPN 3 Woja Tahun Pelajaran 2011-2012.
5. MANFAAT PENELITIAN
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis.
1.
Manfaat secara teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai bahan kajian ilmu pengetahuan, penambahan wawasan sereta
sebagai salah satu perbendaharaan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia untuk menigkatkan kemampuan.
2.
Manfaat secara Praktis.
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
para guru yang mengajarkan pelajaran Bahasa dan Sastra indonesia sebagai bahan
pertimbangan dan bahan acuan dalam meningkatkan kemampuan siswa dan mengatasi
permasalahan-permasalahan yang ada dalam proses pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia.
6. HIPOTESIS
Hipotesis adalah suatu anggapan sementara yang perlu
dibuktikan kebenarannya melalui penelitian. Adapun hipotesis yang diajukan
dalam penulisan ini adalah hipotesis
alternative (Ha) yang berbunyi :
a.
Diduga terdapat kemampuan menyusun kalimat pada teks
berita pada siswa kelas VIII smester II SMPN 3 Woja tahun pelajaran 2011-2012.
b.
Diduga bahwa terdapat kesalahan penyusunan kalimat teks
berita dapa mata pelajaran pendidikan Bahasa Indonesia di SMPN 3 Woja.
Terdapat Korelasi Antara Kemampuan Sosialisai Diri
Siswa dengan Tingkat Prstasi Belajar Bahasa Indonesia pada SMA Negeri 1 Manggelewa Kabupaten Dompu Tahun
Pelajaran 2011/2012..
7. LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kalimat dan Ide Kalimat
1.
Pengertian
kalimat
Kalimat merupakan suatu masalah yang
sintaksis yang sudah cukup lama dipermasalahkan oleh para ahli bahasa. Namun
pembukuan dalam bidang sintaksis masih terus dibicarakan bahkan tidak akan
pernah selesai dan tidak akan pernah berakhir kalau tidak dihentikan. Hal ini
disebabkan oleh sifat Bahasa Indonesia yang dinamis, sehingga sewaktu-waktu
akan menimbulkan adanya perubahan dan penyimpangan terhadap kaidah-kaidah yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Sehubungan dengan masalah kalimat banyak
para ahli memberikan pendapat, diantara
para ahli bahasa tersebut ada yang memiliki pendapat.
1.
M. Muliono (2000
: 311) mengatakan bahwa kalimat
adalah suatu bahasa terkecil
dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam
wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela
jeda dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang
mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses ponologis
lainnya. Dalam wujud tulisan hurup latin kalimat dimulai dengan hurup kapital
dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), tanda seru (!); sementara
itu, didalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua
(: ), tanda pisah (-) dan spasi. Tanda titik, tanda tanya dan tanda seru
sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca lainnya sepadan dengan
jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya, tanda seru, melambangkan
kesenyapan.
2.
Sugono (1987
: 24) menyatakan : Setiap pernyataan termasuk kalimat atau bukan persyaratan
yang pokok yang perlu diperhatikan adalah unsur predikat dan permutasian unsur
kalimat. Yang dikatakan kalimat dalam struktur lahirnya sekurang-kurangnya
memiliki unsur predikat. Dengan kata lain, jika sebuah pernyataan memiliki
predikat, pernyataan itu merupakan kalimat, sedangkan suatu unsur kata yang
tidak memiliki unsur predikat itu bukan kalimat melainkan disebut frase
berdasrkan ketata bahasaan.
3.
Kraff (1984)
berpendapat bahwa kalimat
adalah suatu bagian ujaran yang didahului oleh kesenyapan sedangkan intonasinya
menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.
4.
Wiyanto
(1986 : 111) mengatakan bahwa : Kalimat adalah suatu bagian ujaran yang
didahului oleh kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran
itu sudah lengkap. Jadi setiap kalimat yang diucapkan selalu didahului oleh
kesenyawaan dan diakhiri oleh kesnyawaan. Dalam bahasa tulis kalimat selalu
dimulai dengan hurup kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya dan tanda
seru, itu merupakan ciri lahirnya kalimat. Selain mempunyai ciri lahir, kalimat
juga mempunyai ciri batin yaitu sebuah kalimat selalu mengandung arti.
Pada dasarnya, dari sekian pendapat yang
telah dikemukakan oleh para ahli semuanya memiliki maksud yang sama yaitu
kalimat merupakan suatu kesatuan yang terbentuk dari komponen-komponen atau
bagian-bagian yang berupa kata-kata atau proses yang saling berhubungan dan
saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya, dimana antara
komponen-komponen atau bagian-bagian tersebut memiliki kedudukan dan jabatan
tertentu, komponen-komponen itu ada yang menduduki sebagai subjek, predikat,
objek dan keterangan atau keterangan pelengkap. Jadi kalimat merupakan satuan
beberapa kata yang mengungkapkan pikiran secara utuh dalam bentuk
ketatabahasaan seperti yang telah dijelaskan diatas. Dalam bahasa lisan kalimat
diiringi oleh alunan titik nada disela oleh jeda dan diakhiri oleh intonasi
selesai sedangkan dalam bahasa tulis kaalimat dimulaai dengan hurup kapital
atau hurup besar dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya dan tanda seru
dan didalam dilengkapi oleh tanda koma, titik dua dan tanda seperti sepasang
garis pendek yang mengapit bentuk-bentuk tertentu serta tanda pisah atau spasi.
2.
Pengertian
kalimat efektif
-
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta
dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis
/pembicara
-
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan
pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti
oleh orang lain (http://adegustiann.blogsome.com
/2009/02/02/ pengertian-ciri-dan-penggunaan-kalimat-efektif/)
-
Kraf (1997 :
35) mengemukakan bahwa “ sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia
dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia
dapat mewakili secara segar dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar
terhadap apa yang dibicarakan.
Dari beberapa pengertian kalimat efektif diatas dapat disimpulkan bahwa, kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat dilakukan untuk menjadikan
kalimat sebagai sarana menangkap dan mengungkapkan pesan agar komunikasi
terjadi secara efektif.
3. Jenis Kalimat
Berbicara masalah jenis kalimat, tentu
banyak macamnya tergantung dari sudut mana kita lihat. Untuk membedakan jenis
kalimat dapat ditinjau melalui empat sudut pandang yaitu dari :
a.
Jumlah
Klausa
Ditinjau dari jumlah klausanya kalimat
dibagi dua yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah
kalimat yang terdiri atas satu klausa. Hal ini
berarti bahwa konstikuen untuk setiap unsur kalimat, seperti subjek dan
predikat, hanyalah satu dan merupakan satu kesatsuan dan disamping itu, tidak
mustahil ada pula unsur lain seperti keterangan tempat, waktu, dan alat. Dengan
demikian, kalimat tunggal tidak selamnya harus pendek tetapi bisa juga panjang.
Contoh :
-
Dia
bekerja di bank
-
Guru
matematika kami akan dikirim ke luar negeri
Kalimat majemuk adalah kalimat yang
terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat majemuk dibagi dua yaitu kalimat
majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara adalah
kalimat majemuk yang diantara kedua kalau hanya terjadi hubungan koordinatif.
Contoh :
-
Dia
pergi danistrinya mulai mengus
-
Kita
pergi sekarang atau kita akan kehabisan karcis.
Kalimat majemuk, bertingkat adalah kalimat
yang apabila terjadi hubungan subordinatif yakni kalimat yang satu merupakan
induk, sedangkan yang lain merupakan keterangan tamabahan.
Contoh :
- Dia
pergi sebelum istrinya menagis
-
Saya
bersedia miskipun dia menolak melakukannya.
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat
yang apabila terjdi hubungan subordinatif yakni
b.
Bentuk
Sintaksis
Dilihat dari bentuk dankatagori
sintaksisnya, dapat dibagi menjadi empat yaitu kalimat dekloratif, kalimat
interogatif, kalimat imparatif dan kalimat eksklamatif.
Kalimat deklaratif dikenal juga dengan
nama kalimat deklaratif umumnya digunakan oleh pembicara atau penulis untuk
membuat pernyataan sehingga isinya merupakan berita bagi pendegar atau
pembacanya. Misalnya kita melihat suatu kecelakaan lalu lintas dan kita
menyampaikan kejadian itu kepada orang lain, maka kita dapat menyampikan
kejadian itu dengan menggunakan bermacam-macam bentuk kalimat dekloratif
Contoh :
-
Tadi
pagi ada tabrakan mobil di dekat sekolah
-
Saya
melihat ada bus jatuh ke jurang tadi pagi
Kalimat berita dapat berbentuk apa saja, asalkan isinya merupakan
pemberitahuan, dalam bentuk tulis kalimat berita diakhiri dengan tanda titik.
Dalam bentuk lisan, suara berahir dengan nada turun.
c.
Kelengkapan
Unsurnya
Dilihat dari kelengkapaan unsur-unsurnya
kalimat dibedakan menjadi dua yaitu kalimat lengkap dan kalimat tak lengkap.
Kalimat lengkap adalah kalimat-kalimat yang memiliki unsur waji dalam sebuah
kalimat yaitu subjek dan predikat. Kalimat tak lengkap ialah disebut juga
dengan kalimat monor. Kalimat tak lengkap pada dasarnya adalah kalimat yang
tidak ada subjek atau tidak ada predikatnya. Hal itu bisa terjadi dalam wacana
karena unsur yang tidak muncul itu sudah diketahui atau sudah disebut
sebelumnya perhatikan contohnya berikut :
Amir : kamu tinggal dimana, Min ?
Amin : di kampung Melayu
Bentuk “di kampung melayu” sebenarnya
merupakan bagian dari bentuk. Kalimat lengkap, saya tinggal di kampung melayu.
Di luar kontek wacana kalimat tak lengkap sering juga digunakan di iklan papan
pengumuman, atau selogan, misalnya :
-
Hidup
atau mati
-
Belok
kiri boleh langsung
-
Apa
kabar ?
-
Sampai
jumpa lagi
d.
Susunan
Subjek dan Predikatnya
Dilihat dari susunan unsur subjek dan
predikatnya, kalimat dapat dibedakan menjadi dua yaitu kalimat biasa dan
kalimat invensi. Kalimat biasa adalah kalimat yang unsur-unsurnya teratur,
mulai dari subjek, peredikat, objek (jika ada) dan pelengkap (jika ada).
Sedangkan kalimat inverensi ialah susunan kalimat yang unsur perdikatnya
mendahului unsur subjek.
Contoh : K.B. Pak,
ada tamu
K.I Ada Tamu
Kalimat ini hampir mirip dengan kalimat
permutasi, tetapi kalimat permutasi hanya merupakan salah satu gaya yang dapat
dipilih dari urutan yang baku. Berikut contoh permutasian
Contoh
: Dia terpaksa tinggal kelas
menjadi
Terpaksa tinggal kelas, dia
1.
Pengertian
Ide Kalimat
Berbicara masalah ide tentu kita akan
berpikir mengenai rancangan atau gagasan tentang apa yang akan dilakukan atau
yang akan dilaksanakan agar mendapatkan hasil yang diinginkan atau yang
diharapkan. Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa ide itu
merupakan rancangan yang tersusun di dalam pikiran, gagasan atau cita-cita yang
bagus tetapi sukar untuk dilaksanakan. Sementara kalimat adalah seperti apa
yang telah dijelaskan di atas bahwa kalimat itu adalah suatu bagian ujaran yang
mengungkapkan suatu konsep atau pikiran dan perasaan yang berdiri sendiri yang
mempunyai intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri dari
klausa.
Jadi berdasarkan paparan di atas dapat
disimpulkan bahwa ide kalimat adalah gagasan atau rancangan yang telah tersusun
di dalam pikiran yang hendak diungkapkan atau diucapkan baik secara lisan atau
tertulis dalam bentuk kalimat. Kalimat tergantung dari apa yang ada dalam pikiran penuturnya,
apakah dia akan menggunakan kalimat berita, kalimat tanya atau kalimat
perintah.
2. Unsur-Unsur Kalimat
Sebelumnya di atas sudah dijelaskan mengenai
kalimat di sana dijelaskan bahwa, sebuah kalimat baru dikatakan sebagai kalimat
apabila di dalamnya sekurang-kurangnya hanya terdiri dari unsur subjek dan
unsur prediket. Sehubungan dengan hal ini Sugono (1997:32) mengatakan bahwa :
setiap kalimat dalam struktur lahirnya sekurang-kurangnya memiliki subjek dan
pradikat dengan kata lain, jika suatu pernyataan memiliki predikat maka
pernyataan itu disebut kalimat, sedangkan suatu untaian yang tidak memiliki
pradikat disebut frase.
Berdasarkan penjelasan diatas, jelaslah
bahwa sebuah kalimat itu terdiri atas unsur-unsur, dan unsur-unsur kalimat itu
adalah subjek, predikat, objek, keterangan dan keterangan pelengkap.
B. Kemampuan Menyusun Kalimat
Kemampuan berasal dari kata mampu yang
berarti sanggup melakukan sesuatu. Menurut Poerwadarmita (1985:628) mengatakan
bahwa kemampuan diartikan sebagai kesanggupan atau kecakapan untuk melakukan
sesuatu. Jadi yang dimaksud dengan kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,
kekuatan untuk melakukan sesuatu kepintaran, bakat dan kekuatan mental.
Selanjutnya pengertian menyusun atau membuat kalimat yaitu : mengatur atau
menempatkan sekelompok kata yang terdiri atas subyek, predikat,objek dan kata
keterangan dengan mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku didalam membuat kalimat.
Kemampuan membuat kalimat baik berupa
kalimat berita, kalimat tanya, kalimat seru dan lain-lain, itu berarti suatu
kemampuan didalam melakukan atau menggunakan kata didalam menyusun suatu
kalimat dengan mematuhi tata cara yang berlaku didalam membuat kalimat.
Selanjutnya,suatu kalimata dikatakan telah tersusun apabila dua kata atua lebih
bergabung menjadi satu kesatuan sehingga mengandung sebuah makna yang sempurna.
Sehubungan dengan hal ini Wiyanto (1986:116) mengatakan bahwa “ setiap kalimat
yang diucapkan itu sebenarnya berupa kata atau rangkaian kata, sebab kata
itulah yang mengandung makna, dari makna itu pula yang mengandung gagasan.
Namun harus disadari bahwa kalimat bukan hanya sekedar kumpulan kata-kata,
kata-kata itu harus dirangkaikan dengan cara-cara tertentu menurut hubungan
makan tertentu pula, untuk itu diperlukan pula sarana yang dinamakan alat
kalimat. Dengan alat kalimat bahan kalimat yang berupa kata menjadi kalimat,
jadi alat kalimat itulah yang merangkaikan kata serta menentukan makna hubungan
rangkaian yang terjadi dan disebut makna struktural”.
Dari kutipan diatas, jelaslah suatu
kalimat adalah rangkaian kata-kata yang mengandung makna. Makna yang terkandung
dalam suatu kalimat terkandung dari maksud dan tujuan dari penutur atau
pembicara, sehingga untuk dapat menyampaikan pesan atau ide dengan baik, harus
mengetahui dan menguasai bagaimana tata cara
membuat atau menyusun kalimat. Untuk dapat membuat atau menyusun kalimat
yang baik maka diperlukan alat kalimat. Alat kalimat disini bagaimana penutur
atau seseorang mengerti dan menguasai bagaimana tentang tata cara menempatkan
suatu kata dalam menyusun suatu kalimat sesuai dengan arti dan fungsinya
didalam membentuk rangkaian kalimat.
Kesimpulannya kemampuan membuat kalimat
adalah bagaimana seseorang dapat merangkai beberapa kata menjadi suatu kalimat
dengan memperhatikan bagian-bagian, aturan-aturan dan tata cara penulisan dan
penempatan kata didalam suatu kalimat secra utuh, dalam arti memahami dan
menguasai baagimana menyusun dan membuat kalimat serta menggunakannya secara
baik dan benar.
C. Pentingnya Kemampuan Membuat Kalimat
Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang
disusun berdasarkan gagasan-gagasan seseorang atau penutur secra terbuka untuk
dikomunikasikan kepada orang lain. Untuk dapatberkomunikasi menggunakan kalimat
yang baik dan mudah di pahami,maaka penutur atau seseorang harus memahami
bagaimana cara membuat dan menyusun kata-kata menjadi sebuah kalimat yang
efektif. Suatu kalimat dikatakan efektif, paling tidak kalimat tersebut mudah
ditangkap dan dipahami atau dimengerti. Sehubungan dengan hal itu Kraf (1997 :
35) mengemukakan bahwa “ sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia
dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia
dapat mewakili secara segar dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar
terhadap apa yang dibicarakan. Kalimat yang efektif memiliki kemampuan atau
tenaga untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca identik dengan apa yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Disamping itu kalimat efektif selalu tetap berusaha agar gagasan pokok mendapat
tekanan atau penonjolan dalam pikiran pembaca atau pendengar”. Jelaslah bahwa
didalam berkomunikasi keefektifan suatu kalimat sangat memegang peranan
penting, karena dengan kalimat yang efektif pesan atau gagasan yang disampaikan
oleh penutur dapat diterima dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Kalau kita cermati sesungguhnya hubungan
yang terjadi antara pembicara dan pendengar merupakan suatu proses timbal balik
dalam arti antara pembicara dan pendengar atau lawan bicara tejadi suatu
ketergantungan. Ketergantungan yang dimaksud disini adalah bahwa antara
pembicara atau penulis dengan pendengar atau pembaca akan saling memeahami
apabila kalimat yang mereka gunakan memenuhi kaidah-kaidah dan pola kalimat
yang baik. Pada hakikatnya berbicara atau menulis adalah menggunakan
serangkaian kalimat yang saling berhubungan sehingga menimbulkan makna sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Berkaitan dnegan hal itu Wiyanto (1986:116)
berpendapat sebagai berikut : “pada hakikatnya orang berbahasa itu menggunakan
kalimat. Setiap kalimat yang diucapkan mengandung pengertian yakni pengertian
tentang gagasn pembicara. Kalimat yang diucapkan membentuk suatu rangkaian yang
berhubungan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa itu mengungkapkan
serangkaian gagasan dengan menggunakan kalimat-kalimat”.
Untuk lebih jauhnya Wiyanto (1986 : 116)
menegaskan tentang pentingnya memahami dan menggunakan kalimat secara benar dan
efektif dalam berkomunikasi yakni mengatakan sebagai berikut :
“Meskipun orang-orang mengetahui kata-kata
dan artinya seperti dalam kamus, belum tentu ia dapat menggunakan kata-kata itu
dalam bahasa. Mengetahui kata dan artinya memang perlu, tetapi kata itu tidak
berdiri sendiri dan tidak dapat dirangkai seenaknya, pemakaian bahasa itu harus
mampu menarik kata-kata itu menjadi kalimat menurut aturan yang berlaku dalam
bahasa tersebut. Untuk dapat merangkai kata atau kelompok kata menjadi sebuah
kalimat, maka diperlukan keserasian unsur-unsur kalimat. Dalam sebuah kalimat
minimal terdiri atas unsur subjek dan unsur predikat, kedua unsur ini merupakan
unsur wajib dalam menyusun sebuah kalimat.
Dalam menggabungkan dua kata atau lebih
dalam sebuah kalimat dituntut adanya keserasian unsur-unsur yang ada dalam
kalimat, baik dari segi makna maupun dari segi bentuk.
Seperti yang kita lihat, pada dasarnya
kalimat di buat berdasarkan pada apa yang terjadi di sekeliling kita, sehingga
tidak mungkin rasanya kita temukan kalimat seperti pada contoh berikut :
a. Batu itu memukul kuda kami
atau
b. Kuda merokok lima butir jeruk
Keanehan bentuk kalimat yang ada pada
contoh yang pertama (a) timbul karena perba “memukul” yang mesti memukul
seharusnya orang sebagai pelakunya.
Kenyataan bahwa batu itu bukan orang yang
menyebabkan kalimat itu terasa aneh. Pada contoh kedua (b) keanehan timbul
karena perba “merokok” menuntut nomina orang sebagai pelakunya satu nomina
berwujud batangan sebagai objeknya. Kenyataan bahwa “kuda kami” bukan orang dan
“jaruk” tidak berbentuk batangan menyebabkan kalimat pada contoh kedua (b) juga
terasa aneh.
Keanehan-keanehan yang timbul pada kedua
contoh kalimat diatas disebabkan karena tidak adanya keserasian makna
menyebabkan kedua kalimat itu terasa janggal.
Selain tunturan akan adanya keserasian
makna pada unsur-unsur kalimat dalam membuat suatu kalimat juga dituntut
keserasian bentuk diantara unsur-unsur kalimat khususnya antara nomina dan
peronomina dan dalam batas tertentu antara nomina dan verba.
Penggunaan peronomina sebagai pengganti
nomina atau perasa nominal yang
menyatakan orang tunduk pada kendala jumlah seperti pada contoh berikut:
a.
- pelamat
banyak, tetapi tidak memenuhi syarat.
- pelamar banyak, tetapi dia tidak memenuhi
syarat.
b.
- pelamat
ada, tetapi mereka tidak memenuhi syarat.
- pelamar ada, tetapi dia tidak memenuhi
syarat
peronomina “mereka” pada contoh pertama
(ai) adalah frasa (banyak) pelamat. Karena itu peronomina “dia” pada contoh
kedua (b) tampak bahwa peronomina “mereka” dan “dia”. Karena frasa (ada)
“pelamar” tidak jelas bermakna jamak atau tunggal. Permakian peronomina mereka
atau dia pada contoh kedua (b) itu tergantung pada kontek wacana.
Dari kutipan diatas, jelaslah bahwa
kemampuan menyusun dan membuat kalimat sangat penting bagi seseorang, dengan
menguasai susunan kalimat yang benar seseorang akan mampu dan bisa menggunakan
kalimat yang baik dan efektif dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun
tulisan terlebih dalam hal ini kemampuan membuat kalimat atau menyusun kalimat
Bahasa Indonesia.
D. Sistem Penulisan
Menulis merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang perlu dikembangkan dalam pengajaran bahasa. Dengan memiliki
kjemampuan menulis seseorang dapat menuangkan atau mengungkapkan gagasandan
pikiran melalui tulisan. Agar gagasan atau pikiran yang diungkapkan melalui
tulisan dapat ditangkap atau dipahami oleh pembaca, maka seorang penulis harus
bisa menguasai cara-cara penulisan tanda baca dalam artian bisa menempatkan
tanda baca dengan benar seperti penempatan tanda koma, tanda tanya, tanmda
titik dan tanda baca lainnya. Dalam menuangkan gagasan dan pikiran dalam bentuk
tulisan tidak sama dengan mengucapkan secara lisan. Ungkapan secara lisan lebih
mudah dimengerti oleh lawan bicara atau pendengar,sedangkan dalam bentuk
tulisan lebih sukar ditangkap atau dimengerti apa lagi kalau tidak jelas tanda
bacanya.
Berkaitan dengan masalah menulis banyak
para ahli mendepinisikan menulis menurut sudut pandang masing-masing sehingga
menghasilkan pengertian yang berbeda-beda, diantaranya :
a.
Tarigan
(1990:22) berpendapat bahwa :
“Menulis adalah merumuskan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami orang
sehingga oranglain dapat membaca lambang tersebut ”.
b.
Harja
( 1996 : 2 ) berpendapat bahwa:
“Menulis adalah menjelaskan bahasa lisan
dan mungkin menyotingnya atau melahirkan pikiran dan perasaan seperti
mengarang, membuat surat, membuat laporan dan sebagainya”.
Dari kedua
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang
memerlukan kemampuan atau keterampilan dalam melukiskan lambang-lambang
grafikyang dipahami oleh penulis bahasa dan orang-orang yang mempunyai kesamaan
pemahgaman terhadap lambang-lambang bahasa tesebut. Dengan demikian tujuan
menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat di baca serta dapat dipahami oleh
orang lain yang mempunyai kesamaan pemahaman terhadap bahasa yang digunakan.
Di dalam Bahasa Indonesia telah disediakan
buku pedoman bagimana cara-cara penulisan dan penggunaan tanda-tanda baca serta
penggunaan hurup yang dikenal dengan “ Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan ( EYD) “. Di dalam buku itu dijelaskan tentang tata cara
pemakian huruf, penulisan kata, penulisaan unsur-unsur serapan dan pemakaian
tanda baca.
Dengan memahami isi buku tersebut maka
seorang penulis dapat menuangkan gagasan dan pikirannya dnegan baik dan benar,
sehingga apa yang disampaikan melalui tulisan dapat dimengerti daan dipahami
oleh pembaca.
E. Penilaian Kemampuan
Penilaian kemampuan yaang dimaksudkan
dibawah ini adalah penilaian kemampuan siswa. Penilaian kemampuan siswa
merupakan salah satu kegiatan yang sangat perlu dilakukan di dunia pendididkan,
karena dengan adanya penilaian kemampuan dapat diketahui tingkat keberhasilan
dalam prosese belajar mengajar. Selain itu penilaian kemampuan siswa ini dapat
memberikan umpan balik bagi para guru sebagai dasar dalam memilih tehnik, cara
atau metode yang lebih baik di dalam mengadakan proses belajar mengajar
selanjutnya.
Pada dasarnya tidak ada suatu metode yang
lebih baik, masing-masing metode mempunyai kelemahan dan kelebihan tersendiri.
Suatu metode harus disesuaikan dengan materi ytang akan dissampaikan, untuk
siapa dan dimana akan digunakan. Apabila itu sudah disesuaikan maka apa yang
diharapkan akan dapat tercapai daan itu semua tergantung dari pemakai atau
guru. Seorang guru harus bisa memilih metode yang baik dan cocok dalam
menyampaikan suatu materi pelajaran.
Berdasarkan uraian di
atas dapat dikatakan bahwa
penilaian kemampuan siswa merupakan salah satu penilaian yang wajib
dilaksanakan di dalam dunia pendidikan. Sutomo mengatakan “ Pendidikan adalah
memberikan penilaian terhadap proses belajar mengajar ” (1987 :7).
Di dalam dunia pendidikan, penilaian
sangat diperlukan dan untuk memberikan penilaian terhadap siswa maka tentu
harus mengadakan evaluasi terhadap siswa dengan mengadakan tes untuk mengukur
kemampuan siswa.
8. METODE PENELITIAN
A.
Populasi dan Sampel
Dalam mengumpulkan data,
seorang peneliti harus menentukan subyek dalam penelitiannya, subyek penelitian
ini dinamakan sampel. Untuk lebih jelasnya ada beberapa pengertian populasi dan sampel yang dipaparkan oleh para ahli
sebagai berikut:
Nazir (1988:325) menyatakan
bahwa populasi adalah : kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan.
Pendapat itu dikuatkan lagi oleh Margono (1987:110) yang mengatakan bahwa populasi adalah seluruh data
yang menjadi perhatian peneliti dalam
suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.
Arikunto (1996:115) mengatakan
bahwa populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
gabungan dari individu atau objek yang akan diteliti.
Adapun yang dimaksud dengan
sampel menurut para ahli ialah antara lain :
1.
Menurut
Arikunto (1998: 11) sampel adalah sebagaian atau wakil dari populasi yang akan
diteliti.
2.
Menurut
Margono (1998: 121) sampel adalah sebagaian dari populasi yang akan menjadi
contoh dengan menggunakan cara tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi adalah : wakil atau bagian dari
sekian jumlah populasi yang akan di teliti.
Dalam mengadakan suatu
penelitian, seorang peneliti harus melihat jumlah populasi yang akan diteliti,
apakah perlu mengambil sampel atau tidak. Untuk menentukan sampel dari populasi
maka peneliti dalam penelitian ini akan mengacu pada pendapat para ahli. Para
ahli mengatakan bahwa “Apabila subyeknya kurang dari 100 maka sebaiknya diambil
semuaya, tidak perlu menentukan sampel sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi, sedangkan apabila subyeknya lebih dari 100 peneliti dapat
mengambil 10 -15 % atau 20-25 % atau lebih tergantung dari waktu, tenaga, dana,
tempat, luas pengamatan, banyak data, dan besar kecilnya resiko yang akan
ditanggung peneliti”.
Dengan demikian, maka peneliti
menggunakan penelitian yang bersipat populasi artinya peneliti mengambil
seluruh populasi yang ada yaitu seluruh Siswa Kelas VIII Semester II SMPN 3 Woja Tahun 2011-2012 yang berjumlah 32 orang yang terdiri dari 12 laki-laki dan 20 perempuan.
B.
Instrumen Pengumpulan Data
Pada umumnya penelitian akan
berhasil apabila memiliki instrumen yang cukup dan tepat, sebab yang
dipergunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian atau masalah dan menguji
hipotesis semuanya akan diperoleh melalui instrumen. Menurut Arikunto
(1996:151) instrumen penelitian adalah alat atau pasilitas yang digunkan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data-data agar lebih mudah untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik serta cermat, sistimatis dan mudah diolah.
Berdasarkan penjelasan di
atas, maka untuk memperoleh data mengenai tingkat kemampuan Mengidentifikasi
Kesalahan Penyusunan Kalimat pada Teks Berita Yang Ditulis oleh Siswa Kelas
VIII Semester II SMPN 3 Woja diperlukan instrumen yang tepat dan instrumen yang
digunakan oleh peneliti ialah karangan.
a.
Teknik Pengumpulan data
Dalam mengumpulkan data dengan
menggunakan karangan, peneliti akan melakukannya dengan cara meminta kepada
siswa sebagai sumber data untuk mengidentifikasi Kesalahan Penyusunan Kalimat pada
teks berita yang telah dipersiapkan oleh peneliti dengan ketentuan : pertama,
kalimat yang dibuat harus benar susunan SPOK nya, kedua penggunaan imbuhan pada
kalimat harus tepat dan ketiga kalimat itu harus tepat.
Kalimat-kalimat yang telah
dibuat oleh siswa akan dinilai melalui segi ketepatan fungsi kata SPOK,
ketepatan imbuhan dan kebenaran kalimat serta penulisan huruf dan tanda baca.
Adapun skor nilai untuk satu kalimat adalah 10 dan dari 10 kalimat yang telah
dibuat oleh siswa akan memiliki skor 100.
b.
Teknik Analisa Data
Data dari siswa yang berupa
hasil tugas akan diolah dengan cara sebagai berikut :
1.
Proses
Pengolahan Data
Dalam
pengolahan data hasil kerja siswa, sebelum mengadakan penilaian terhadap hasil
kerja siswa, peneliti telah menetapkan bahwa skor untuk semua kalimat 100.
Untuk menetapkan nilai masing-masing peserta, skor dibagi bobot nilai. Bobot
nilai yang dipakai oleh peneliti: 10, jadi apabila dimasukkan ke dalma rumus
menjadi :
![](file:///C:/Users/Axioo/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif)
Jadi
apabila kalimat yang dibuat oleh siswa semuanya benar, maka nilai yang
diperoleh oleh siswa 10.
Setelah
memberikan skor atas hasil kerja siswa dan memberikan nilai, kemudian peneliti
akan memindahkan nilai yang diperoleh siswa ke dalam tabel kerja, untuk
selanjutnya mengadakan pengujian hipotesis.
2.
Analisa
Data
Metode
analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data
dengan menggunakan rumus mean. Adapun rumusnya sebagai berikut :
M = S f x
N
Keterangan :
M =
Mean
N =
Jumlah individu yang diteliti
S f x = Total sekor seluruh individu
DAFTAR PUSTAKA
A Widya Martaya. Seni Menggayakan Kalimat. Kanisius.
1990.
Dedi Sugono. Berbahasa Indonesia Dengan Benar.
Puspa Suara.
Departemen Agama RI. Kurikulum 2004: Pedoman Pengajaran Bahasa
Indonesia. Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. 2004.
Wayan Nurkencana,
Sumartana. Evaluasi Pendidikan.
Usaha Nasional, Surabaya. 1986.
Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi
Aksara. Jakarta. 1991.
Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktik.
PT. Rineka Cipta. Jakarta. 1997.
Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
edisi ke v. Rineka Cipta. Jakarta. 1997.
Tim Redaksi Hasan Alwi,
Dedi Sugono. Kamus Besar Bahasa Indonesia
edisi ke tiga. Pustaka Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Balai
Pustaka. Jakarta. 2002.
Haryanto AG, Hartono Rusli
Yanto, Datu Muliono. Metode Penulisan
dan Penyajian Karya Ilmiah. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2000.
Jos Daniel Parera. Statistik. PT. Gramedia. Jakarta.
1988.
M. Muliono, Hasan Alwi,
Sujono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi
ke tiga. Balai Pustaka. Jakarta. 2000.
Casinos in Malta - Filmfile Europe
BalasHapusFind the best Casinos in Malta including bonuses, bet365 games, games and the history 출장샵 of games. We cover all communitykhabar the w88 main reasons to jordan 18 retro clearance visit Casinos in